Senin, 15 September 2014

Nyamuk Culex sp






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Lata Belakang
Nyamuk termasuk serangga (Arthropoda: Insecta). Tubuhnya terbagi tiga bagian: kaput, toraks, abdomen. Pada kepala ada bagian mulut yang disebut probosis yang lurus ke depan (pada Tribus Culicini dan Anphelini) atau bagian depannya melemgkung ke arah perut (Tribus Megarhini), sepasang antena, dan sepasang palpus maksilaris. Nyamuk jantan antena tipe plumose, yang betina tipe pilose. Tipe bag. mulut menusuk dan mengisap. Pada toraks melekat 3 pasang kaki, dan sepasang sayap, dan sepasang halter (sayap yang sangat mereduksi, bentuknya seperti halter). Terdiri dari 3453 spesies, salah satu diantaranya adalah nyamuk culex sp.
Nyamuk Culex sp merupakan pengganggu: menggigit/mengisap darah waktu malam mengganggu tidur atau kerja malam di dalam rumah atau mungkin juga di luar rumah, di sawah, dll. Nyamuk ini,  pola hidupnya mirip dengan aedes aegypti. Mereka sangat suka hinggap di pakaian-pakaian yang anda taruh di tempat sembarangan.
Apabila anda sering menaruh pakaian anda di sembarang tempat, pastikan anda menggunakan lemari saja untuk menyimpan pakaian anda karena lemari merupakan sebuah tempat yang aman untuk menyimpan pakaian yang ada di rumah anda. Meskipun mereka suka tinggal di pakaian yang ditaruh di sembarang tempat, nyamuk ini juga bisa berkembang biak dengan mudah di genangan air. Genangan air merupakan tempat favorit mereka untuk berkembang biak dan tempat ini biasanya mereka gunakan apabila mereka ingin bertelur atau melakukan perkawinan.
Nyamuk Culex sp memiliki kebiasaan yang berbeda dengan Aedes Aegepty, bila Aedes aegepty suka hidup pada air bersih maka Culex sp menyukai air yang kotor seperi genangan air, limbah pembuangan mandi, got ( selokan ) dan sungai yang penuh sampah. Culex sp, nyamuk yang memiliki ciri fisik coklat keabu-abuan ini mampu berkembang biak disegala musim. Hanya saja jumlahnya menurun saat musim hijan karena jentik-jentiknya terbawa arus. Culex sp melakukan kegiatannya dimalam hari.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui nyamuk culex sp sp
2.      Untuk mengetahui Morfologi nyamuk culex sp
3.      Untuk mengetahui klasifikasi nyamuk culex sp.
4.      Untuk mengetahui siklus hidup nyamuk culex sp.
5.      Untuk mengetahui bionomik nyamuk culex sp.
6.      Untuk mengetahui Habitat nyamuk culex sp.
7.      Untuk mengetahui Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi pertumbuhan Nyamuk culex sp.
8.      Untuk mengetahui penyakit yang di timbulkan oleh nyamuk culex sp.
9.      Untuk mengetahui pengendalian nyamuk culex sp.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Nyamuk culex sp dan Morfologi

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex sp yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex sp quinquefasciatus.

B.     Morfologi Nyamuk culex sp

                  Adapun Morfologi Nyamuk Culex sp y yaitu: Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur.Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm Telur.Telur culex diletakkan secara berderet- deret rapi seperti kait dan tanpa pelampung yang berbentuk menyerupai peluru senapan.
      Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
      Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen.

Ciri Secara Umum :
a)      Telur : lonjong seperti peluru
b)      Larva : sifon panjang dan bulunya lebih dari satu pasang
c)      Fase dewasa : abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda khas
d)     Sayap : sisik sempit panjang dengan ujung runcing
e)      Peran medis : sebagai vektor filariasis dan penyakit Japanese B. encephalitis
f)       Perilaku : mengisap darah pada malam hari
g)      Habitat : air jernih dan air keruh

Ciri-ciri yang dimiliki oleh nyamuk ini adalah memiliki warna hitam dan kadang-kadang juga ada yang berwarna cokelat. Nyamuk ini terlihat biasa dan tidak ada cirri-ciri khusus seperti nyamuk aedes aegypti yang memiliki warna belang hitam putih. Satu lagi keunikan dari nyamuk culex sp adalah postur tubuhnya yang tidak menukik namun cenderung mendatar. Inilah yang membedakan nyamuk jenis culex sp dengan nyamuk lainnya. Nyamuk ini juga bisa menyebabkan penyakit apabila menggigit seseorang. Penyakit yang diberikan oleh nyamuk ini adalah penyakit kaki gajah. Penyakit yang satu ini cukup bisa membuat anda menderita dan anda tidak akan bisa melakukan aktivitas sehari-hari anda dengan baik.

C.     klasifikasi nyamuk culex sp sp
Adapun klsifikasi nyamuk culex sp yaitu sebagai berikut:
Klasifikasi Culex sp adalah sebagai berikut :
Kingdom  : Animalia,
Phylum    : Arthropoda
Class       : Insecta
Ordo        : Diptera
Family      : Culicidae
Genus       : Culex
Spesies     : Culex sp
D.    Siklus Hidup Nyamuk culex sp


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgntZZ3Y7nFHDh5Sjg9L72PObpQiB1xVLN-RpCAFVBcEpiV6HxOGA7i6YO4EYO2fcu4fSMZr9v3cMPt9JzmAVxL5JTVEgYdtDasOG_LlbI2G_ymi4nZOh6VpymfV4lGOtOVeMo_ZPzI5hDO/s320/mosquitocycle.gif
1.      Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.

2.      Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator.Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari.

3.      Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.

4.      Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.

E.     Bionomik Nyamuk culex sp.

Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
1.      Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang  tempat misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
2.      Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk  Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih tinggi (0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah (0,60135).
3.      Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4.      Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp sp menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.

F.      Habitat Nyamuk culex sp
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi penularan arbovirus. Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.

G.    Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Nyamuk culex sp

1.      Suhu
                  Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh nyamuk

2.      Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air yang besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.

3.      Pencahayaan
                  Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan. Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx) atau lumen per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah



H.    Penyakit yang ditimbulkan nyamuk Culex sp

1.      Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk seperti Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
ü  Cara penularan
Penderita awalnya digigit nyamuk yang sudah "terkontaminasi" larva stadium III. Siklus penularan penyakit kaki gajah melalui dua tahap. Pertama, tahap perkembangan dalam tubuh nyamuk. Kedua, tahap perkembangan dalam tubuh manusia.
ü  Gejala
Demam selama 3 ­ 5 hari, pembengkakan kelenjar getah bening, panas dan sakit terasa menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan.
ü  Pengobatan
Dititik beratkan untuk mencegah kecacatan dan mengurangi sakit.

2.      West Nile Virus
Virus Nil Barat (west nile virus/WNV) termasuk arbovirus yang ditularkan nyamuk. Tiga faktor utama kemunculan WNV adalah perubahan iklim, populasi burung yang terinfeksi dan penyebaran populasi nyamuk, khususnya nyamuk culex.
ü  Cara penularan
Pada awalnya virus tersebut hidup pada tubuh burung. Dari burung lalu "disebarluaskan" oleh nyamuk. Virus ini dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan sejumlah mamalia.
ü  Gejala
Saat terinfeksi WNV tidak terlihat gejala-gejala tertentu kecuali seperti orang terkena flu. Namun akibatnya bisa sangat serius termasuk encephalitis (radang otak).
ü  Pengobatan
Sejauh ini belum ada pengobatan khusus atau vaksin untuk mengatasi infeksi WNV.

3.      Japanese Encephalitis
Japanese Encephalitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini disebarkan melalui gigitan nyamuk Culex.
ü  Cara penularan
Awalnya virus Japanese Encephalitis berkembang biak dalam tubuh babi. Lalu, nyamuk betina Culex mengisap darah babi dan menularkan virus ini saat menggigit manusia.
ü  Gejala
Demam, sakit kepala, lemah, mengingau, mengantuk, lumpuh, bahkan pingsan.
ü  Pengobatan
Sejauh ini belum ada pengobatan khusus atau vaksin untuk mengatasi infeksi WNV.

I.       Pengendalian Nyamuk culex sp
Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :



1.      Pengendalian secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai sarang  nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.

2.      Pengendalian secara biologi
                  Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan.    Keuntungan dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan. Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah.

3.      Pengendalian secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani dengan cara lain.

























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. Fase pertumbuhan nyamuk culex sp yaitu d mulai dari telur sampai dewasa. Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga.
 Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Nyamuk ini dapat di kendalikan dengan tiga cara yaitu: secara mekanik, biologi dan kimia.

B.     Saran
Diharapkan agar pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani keberadaan nyamuk culex dan penyakit yang ditimbulkannya karena penyakit yang disebabkan dapat membuat penderita mengalami cacat fisik yang dapat di tularkan melalui serangga ini sehingga akan lebih banyak orang  menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia Sehat






DAFTAR PUSTAKA








Makalah Toxoplasma gondii





Toxoplasma gondii



Oleh:
Nama            : Citra Yunita
Nim                : PO.71.3.221.13.1.062
Tingkat         : I B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII
2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karena atas berkat rahmat dan karuniah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini memuat tentang toxoplasma gondii.
Makalah ini di susun dengan memanfaatkan referensi yang terdapat dalam layanan internet. Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis itu sendiri.

Makassar, 19, maret 2014


Penyusun
















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
ALatar Belakang..........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah.....................................................................................................
C.     Tujuan.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.     Sejarah Toxoplasma gondii.......................................................................................
B.     Penyebaran Toxoplasma gondii................................................................................
C.     Taksonomi Toxoplasma gondii.................................................................................
D.     Marfologi Toxoplasma gondii...................................................................................
E.      Habitat Toxoplasma gondii.......................................................................................
F.      Siklus Hidup Toxoplasma gondii.............................................................................
G.     Penyebab Penyakit Toxoplasma gondii....................................................................
H.     Pencegahan Penyakit Toxoplasma gondii.................................................................
BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan ..............................................................................................................
B.     Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................






BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen (contohnya virus, bakteri, parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih dari 200 penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen tersebut merupakan penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal dari makanan berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit lainnya.
Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan properti yang bermacam-macam. Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya Clostridium botulinum, C. perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat memproduksi toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus aureus).
Protozoa parasit merupakan mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku) namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium parvum dan Cyclospora cayatenensis.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah toxoplasma gondii
2.      Bagaimana penyebaran toxoplasma gondii
3.      Bagaimana taksonomi toxoplasma gondii
4.      Bagaimana morfologi toxoplasma gondii
5.      Bagaimana habitat toksoplasma gondii
6.      Bagaimana siklus hidup toxoplasma gondii
7.      Apa penyebab penyakit toxoplasma gondii
8.      Bagaimana mencegah toxoplasma gondii

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui sejarah Toxoplasma gondii
2.      Mengetahui penyebaran Toxoplasma gondii
3.      Mengetahui taksonomi Toxoplasma gondii
4.      Mengetahui marfologi Toxoplasma gondii
5.      Mengetahui habitat Toxiplasma gondii
6.      Mengetahui siklus hidup Toxoplasma gondii
7.      Mengetahui penyebab penyakit Toxoplasma gondii
8.      Mengetahui pencegahan penyakit Toxoplasmasis






















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah Penemuan Toxoplasma gondii
T. gondii pertama kali diamati pada tikus oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908, tidak diidentifikasi sebagai agen penyakit menular hingga 1932.
Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat yaitu Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di suatu laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore). Pada tahun 1937, parasit ini ditemukan pada neonatus dengan enfalitis. T.beause gondii diakui sebagai penyakit fatal orang dewasa pada tahun 1968 setelah beberapa kasus ensefalitis toxoplasma ditemukan pada pasien dengan kanker hematologic. Kemudian menjadi lebih luas, tercatat sebagai penyebab morbiditas pada pasien imunodefisiensi, termasuk pasien AIDS mulai tahun 1983. T. gondii terus menjadi penyakit penting di dunia modern, terutama pada wanita hamil dan pasien immunocompromised (Mandell, Bennett dan Dolin, 2005)
Walaupun trransmisi secara intrauterin transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing (Hutchison). Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah beriklim panas dan lembab.
Toxoplasma gondii merupakan salah satu parasit yang paling banyak dipelajari, karena pentingnya dari segi kesehatan manusia dan hewan.
Ada ribuan referensi yang memuat berbagai hal mengenai toxoplasma. Artikel sejarah toxoplasma ini bertujuan memberikan pengenalan dan gambaran perkembangan toxoplasma selama 100 tahun terakhir. Beberapa sejarah dan penemuan yang penting dirangkum pada bagian di bawah ini dan bagian 2.
Penemuan mengenai agen toxoplasma gondii
·         1908 Protozoa ditemukan dalam hewan pengerat, Ctenodactylus gundi di Tunisia.  Protozoa ditemukan pada seekor kelinci di Brasil
·         1909 Nama Toxoplasma gondii diusulkan
·         1937 Untuk pertama kali  Toxoplasma gondii bisa diisolasi dari binatang.
·         1939 Pertama kali Toxoplasma gondii bisa diisolasi dari manusia.
·         1941 Toxoplasma gondii yang menginfeksi Manusia dan hewan terbukti sama
·         1951 Perkembangan penyakit dan cara toxo menyerang dan akibatnya seperti hidrocephalus mulai diketahui
B.     Penyebaran Toxoplasma gondii
Terdapat 4 cara manusia dapat tertular Toxoplasma, yaitu : 
1.      Cara penularan pertama
Cara pertama merupakan penularan terbanyak, yaitu manusia memakan daging yang mengandung toxoplasma hidup. Yang dimaksud adalah : Manusia tertular toxoplasma akibat memakan daging mentah atau daging setengah matang atau daging yang tidak dimasak dengan sempurna, dimana daging tersebut mengandung Toxoplasma. Untuk mencegah hal ini maka masaklah daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 derajat celcius.
2.      Cara penuran ke dua
Cara penularan kedua adalah manusia "tanpa sengaja" menelan/memakan telur/kista toxoplasma. Hal ini dapat terjadi bila manusia memakan buah-buahan atau sayuran TANPA DICUCI dengan bersih, dimana pada buah-buahan atau sayuran tersebut menempel telur toxoplasma (biasa disebut kista toxoplasma). 
Bisa juga terjadi bila manusia setelah berkebun, tidak mencuci tangannya dengan bersih, kemudian memakan sesuatu. Padahal ditangannya menempel telur/kista toxoplasma, dan toxoplasma tersebut menempel di makanan yang dipegangnya.Penularan seperti ini peluangnya relatif kecil, namun demikian tidak boleh diabaikan.
Untuk mencegahnya, tentu saja membiasakan diri untuk mencuci bersih buah-buahan atau sayuran tersebut sebelum dimakan. Kemudian setelah berkebun, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan bersih.

3.      Cara penuran ke tiga
Cara penularan ketiga adalah melalui transplantasi organ tubuh manusia.
Hal ini dapat terjadi bila organ tubuh yang ditransplantasi terinfeksi parasit toxoplasma dalam keadaan hidup. Namun sangat jarang (bahkan hampir tidak pernah terjadi) penularan yang seperti ini, karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa dengan seksama oleh dokter. Walaupun peluangnya nyaris nol (kecil sekali), tetap tidak boleh diabaikan.
4.      Cara Penularan
F  Pada toksoplasmosis konginetal transmisi Toxoplasma kepada janin terjadi in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primerwaktu ia hamil.
F  Pada toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi, bila makan daging mentah atau kurang matang (misalnya : sate) kalau daging tersebut mengandung kista jaringan atau takizoit toxoplasma.
F  Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium bila seseorang bekerja dengan hewan percobaan yang terinfeksi T.gondii, melalui jarum suntik atau alat laboratorium lain.
F  Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari donor yang menderita toksoplasmosis
F  Tranfusi darah lengkap juga dapat mengakibatkan infeksi.

C.     Taksonomi klasifikasi
Adapun taksonomi dari Toxoplasma gondii
F  Kingdom = Protista
F  Subkingdom = Protozoa
F  Phylum = Apicomplexa
F  Class = Protozoasida
F  Order = Eucoccidiorida
F  Family = sarcocystidae
F  Genus = Toxoplasma
F  Species = gondii


D.     Morfologi Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler. Toxoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk poriferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dengan ujung yang lain agak membulat. bentuk ini berukuran 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron, mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah dibagian tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes intermediet dan hospes definitif. takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. takizoit dapat masuk ke setiap sel berinti pada tubuh hospesnya.
 Kista dibentuk di dalam sel hospes apabila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. ukuran kista yang dibentuk bisa berbeda-beda. ada kista yang berukuran kecil dan berukuran besar. kista dapat berisi sekitar 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung dan otot lurik. Kista di bagian otak berbentuk lonjong atau bulat, tetapi bentuk kista mengikuti bentuk sel otot. kista merupakan stadium istirahat pada Toxoplasma gondii.Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu.
E.      Habitat Toksoplasma gondii hidup didalam :
ü Sel endotil
ü Leukosit mononukler
ü Cairan tubuh
ü Sel jaringan hospes/tuan rumah

F.      Siklus Hidup Toxoplasma gondii        
Toxoplasma gondii adalah suatu spesies dari Coccidia yang mirip dengan Isospora. Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur aseksual dan daur seksual yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista menhasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4 sporozoit. Bila ookista ditelan oleh mamalia lain atau burung (hospes perantara), maka pada berbagai jaringan hospes perantara dibentuk kelompok tropozoit yang membelah secara aktif yang disebut takzoit. Kemudian berubah menjadi bradizoit yang merupakan masa infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi latent. Pada hospes perantara hanya terdapat sebagai kista jaringan.
Bila kucing sebagai hospes definitif memakan perantara hospes perantara yang terinfeksi, maka terbentuk lagi stadium seksual dalam sel epitel usus kecilnya. Bila hospes perantara mengandung kista jaringan Toxoplasama, maka masa prepatennya adalah 3-5 hari, sedang bila kucing makan tikus yang mengandung takizoit, masa prepatennya bisa 5-10 hari. Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh kucing, maka masa prepatennya adalah 20-24 hari.
Di berbagai jaringan tubuh kucing juga ditemukan tropozoit dan kista jaringan. Pada manusia takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Takizoit berkembang biak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh dengan takizoit, maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel- sel di sekitarnya atau difagositosis oleh sel makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Kista jaringan ini dapat ditemukan dalam hospes seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot kista mengikuti bentuk sel.
Dalam lingkar hidupnya Toksoplasma gondii mempunyai dua fase yaitu
1.    Fase Aseksual (skizogoni)
Pada fase ini cara berkembang biaknya adalah membelah dua atau binnary fission.
2.    Fase Seksual (gametogoni dan sporogoni)
Hanya didapatkan dari kucing sebagai tuan rumah definitif( efenitiv host).



G.     Penyebab Penyakit Toxoplasmosis
Toxoplasmosis terkenal sebagai salah satu penyakit yang harus diwaspadai pada ibu hamil. Toxo sering dihubungkan dengan penyakit lainnya, seperti Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Semua penyakit tersebut sering disingkat menjadi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes). Tetapi, toxo bukanlah penyakit yang disebabkan oleh virus seperti ketiga temannya diatas. Toxoplasma atau Toxoplasma gondii adalah sejenis hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa (jadi bukanlah virus). Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Banyak orang beranggapan bahwa penyebab utama penyakit toxoplasmosis adalah kucing. Sehingga banyak disarankan bagi ibu hamil atau wanita yang ingin hamil untuk menghindari kucing. Padahal, rumor tersebut tidak sepenuhnya benar.
Hampir semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi toxoplasma. Hewan yang sering berada disekitar manusia seperti sapi, kuda, tikus, domba, anjing, ayam, burung, babi, dan lain-lain, juga dapat terinfeksi toxoplasma. Satwa liar seperti musang, harimau, anjing hutan, dan lain-lainl, juga dapat terinfeksi toxoplasma. Penelitian Toxoplasmosis di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Hartono pada tahun 1972 dan baru dilaporkan tahun 1988. Peneliti tersebut berhasil mengisolasi kista Toxoplasma pada kambing dan domba yang dipotong di rumah potong hewan Surabaya dan Malang. Penelitian lapangan yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan prevalensi penyakit ini bervariasi dan cenderung tinggi. Angka prevalensi penyakit pada kambing berkisar 24-61%, kucing 10-40%, babi 28%, domba 43%, sapi 36%, kerbau 27%, ayam 20%, itik 6%, anjing 10%, dan manusia 14-82%. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala keguguran pada wanita hamil.

H.     Pencegahan Penyakit Toxoplasmosis
Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik.





















BAB III
PENUTUP
A  Kesimpulan

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii akan dapat diketahui status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan burung.











DAFTAR PUSTAKA