Toxoplasma gondii
Oleh:
Nama
: Citra Yunita
Nim :
PO.71.3.221.13.1.062
Tingkat : I B
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI
DIII
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karena atas berkat rahmat dan karuniah-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini memuat tentang toxoplasma
gondii.
Makalah ini di susun
dengan memanfaatkan referensi yang terdapat dalam layanan internet. Dalam
penyusunan makalah ini penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi penulis itu sendiri.
Makassar, 19, maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
ALatar Belakang..........................................................................................................
B.
Rumusan Masalah.....................................................................................................
C.
Tujuan.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Toxoplasma gondii.......................................................................................
B. Penyebaran Toxoplasma gondii................................................................................
C. Taksonomi Toxoplasma gondii.................................................................................
D. Marfologi Toxoplasma gondii...................................................................................
E. Habitat Toxoplasma gondii.......................................................................................
F. Siklus Hidup Toxoplasma gondii.............................................................................
G. Penyebab Penyakit Toxoplasma gondii....................................................................
H. Pencegahan Penyakit Toxoplasma gondii.................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
..............................................................................................................
B. Saran
........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada umumnya, suatu peristiwa
timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi yang ada
pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen (contohnya virus, bakteri,
parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen
fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih
dari 200 penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen
tersebut merupakan penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal
dari makanan berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit lainnya.
Bakteri merupakan mikroorganisme
uniseluler yang memiliki dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka
memiliki bentuk, jenis dan properti yang bermacam-macam. Beberapa bakteri
patogen dapat membentuk spora dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya
Clostridium botulinum, C. perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri
lainnya dapat memproduksi toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas
(contohnya Staphylococcus aureus).
Protozoa parasit merupakan
mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku)
namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada
bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan,
hanya di sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst.
Protozoa ini dapat bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui
air, contohnya yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia,
Crytosporidium parvum dan Cyclospora cayatenensis.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana sejarah toxoplasma gondii
2.
Bagaimana penyebaran toxoplasma gondii
3.
Bagaimana taksonomi toxoplasma gondii
4.
Bagaimana morfologi toxoplasma gondii
5.
Bagaimana habitat toksoplasma gondii
6.
Bagaimana siklus hidup toxoplasma gondii
7.
Apa penyebab penyakit toxoplasma gondii
8.
Bagaimana mencegah toxoplasma gondii
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui sejarah Toxoplasma
gondii
2.
Mengetahui penyebaran Toxoplasma
gondii
3.
Mengetahui taksonomi Toxoplasma
gondii
4.
Mengetahui marfologi Toxoplasma
gondii
5.
Mengetahui habitat Toxiplasma
gondii
6.
Mengetahui siklus hidup Toxoplasma
gondii
7.
Mengetahui penyebab penyakit Toxoplasma
gondii
8.
Mengetahui pencegahan penyakit Toxoplasmasis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Penemuan Toxoplasma
gondii
T. gondii pertama kali diamati pada
tikus oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908, tidak diidentifikasi sebagai
agen penyakit menular hingga 1932.
Toxoplasma
gondii pada
tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat yaitu Ctenodactylus gundi, di suatu
laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di suatu laboratorium di Brazil
(Nicolle & Splendore). Pada tahun 1937, parasit ini ditemukan pada neonatus
dengan enfalitis. T.beause gondii diakui sebagai penyakit fatal orang
dewasa pada tahun 1968 setelah beberapa kasus ensefalitis toxoplasma ditemukan
pada pasien dengan kanker hematologic. Kemudian
menjadi lebih luas, tercatat sebagai penyebab morbiditas pada pasien
imunodefisiensi, termasuk pasien AIDS mulai tahun 1983. T. gondii terus menjadi penyakit penting di
dunia modern, terutama pada wanita hamil dan pasien immunocompromised (Mandell,
Bennett dan Dolin, 2005)
Walaupun
trransmisi secara intrauterin transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada
tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur
seksualnya pada kucing (Hutchison). Setelah dikembangkan tes serologi yang
sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah beriklim
panas dan lembab.
Toxoplasma gondii merupakan salah satu parasit yang
paling banyak dipelajari, karena pentingnya dari segi kesehatan manusia dan
hewan.
Ada ribuan referensi yang memuat berbagai hal mengenai toxoplasma. Artikel sejarah toxoplasma ini bertujuan memberikan pengenalan dan gambaran perkembangan toxoplasma selama 100 tahun terakhir. Beberapa sejarah dan penemuan yang penting dirangkum pada bagian di bawah ini dan bagian 2.
Penemuan mengenai agen toxoplasma gondii
Ada ribuan referensi yang memuat berbagai hal mengenai toxoplasma. Artikel sejarah toxoplasma ini bertujuan memberikan pengenalan dan gambaran perkembangan toxoplasma selama 100 tahun terakhir. Beberapa sejarah dan penemuan yang penting dirangkum pada bagian di bawah ini dan bagian 2.
Penemuan mengenai agen toxoplasma gondii
·
1908
Protozoa ditemukan dalam hewan pengerat, Ctenodactylus gundi di Tunisia.
Protozoa ditemukan pada seekor kelinci di Brasil
·
1909 Nama
Toxoplasma gondii diusulkan
·
1937 Untuk
pertama kali Toxoplasma gondii bisa diisolasi dari binatang.
·
1939 Pertama
kali Toxoplasma gondii bisa diisolasi dari manusia.
·
1941
Toxoplasma gondii yang menginfeksi Manusia dan hewan terbukti sama
·
1951
Perkembangan penyakit dan cara toxo menyerang dan akibatnya seperti
hidrocephalus mulai diketahui
B.
Penyebaran
Toxoplasma gondii
Terdapat 4 cara manusia dapat tertular Toxoplasma,
yaitu :
1. Cara penularan pertama
Cara pertama merupakan penularan terbanyak, yaitu manusia memakan daging yang mengandung toxoplasma hidup. Yang
dimaksud adalah : Manusia tertular
toxoplasma akibat memakan daging mentah atau daging setengah matang atau daging
yang tidak dimasak dengan sempurna, dimana daging tersebut mengandung
Toxoplasma. Untuk mencegah hal ini maka masaklah daging dengan sempurna,
minimal dengan suhu 70 derajat celcius.
2. Cara penuran ke dua
Cara penularan kedua adalah manusia "tanpa sengaja" menelan/memakan telur/kista toxoplasma. Hal ini dapat terjadi bila manusia memakan buah-buahan atau sayuran TANPA DICUCI dengan bersih, dimana pada buah-buahan atau sayuran tersebut menempel telur toxoplasma (biasa disebut kista toxoplasma).
Cara penularan kedua adalah manusia "tanpa sengaja" menelan/memakan telur/kista toxoplasma. Hal ini dapat terjadi bila manusia memakan buah-buahan atau sayuran TANPA DICUCI dengan bersih, dimana pada buah-buahan atau sayuran tersebut menempel telur toxoplasma (biasa disebut kista toxoplasma).
Bisa juga terjadi bila manusia setelah berkebun, tidak mencuci tangannya dengan bersih, kemudian memakan sesuatu. Padahal
ditangannya menempel telur/kista toxoplasma, dan toxoplasma tersebut
menempel di makanan yang dipegangnya.Penularan seperti ini peluangnya relatif
kecil, namun demikian tidak boleh diabaikan.
Untuk mencegahnya, tentu saja membiasakan diri untuk mencuci bersih buah-buahan atau sayuran tersebut sebelum dimakan. Kemudian setelah berkebun, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan bersih.
Untuk mencegahnya, tentu saja membiasakan diri untuk mencuci bersih buah-buahan atau sayuran tersebut sebelum dimakan. Kemudian setelah berkebun, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan bersih.
3.
Cara penuran ke tiga
Cara penularan ketiga adalah melalui transplantasi organ tubuh manusia.
Hal ini dapat terjadi bila organ tubuh yang ditransplantasi terinfeksi parasit toxoplasma dalam keadaan hidup. Namun sangat jarang (bahkan hampir tidak pernah terjadi) penularan yang seperti ini, karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa dengan seksama oleh dokter. Walaupun peluangnya nyaris nol (kecil sekali), tetap tidak boleh diabaikan.
Cara penularan ketiga adalah melalui transplantasi organ tubuh manusia.
Hal ini dapat terjadi bila organ tubuh yang ditransplantasi terinfeksi parasit toxoplasma dalam keadaan hidup. Namun sangat jarang (bahkan hampir tidak pernah terjadi) penularan yang seperti ini, karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa dengan seksama oleh dokter. Walaupun peluangnya nyaris nol (kecil sekali), tetap tidak boleh diabaikan.
4.
Cara Penularan
F Pada toksoplasmosis konginetal transmisi Toxoplasma
kepada janin terjadi in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primerwaktu
ia hamil.
F Pada toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi,
bila makan daging mentah atau kurang matang (misalnya : sate) kalau daging
tersebut mengandung kista jaringan atau takizoit toxoplasma.
F Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium bila
seseorang bekerja dengan hewan percobaan yang terinfeksi T.gondii, melalui
jarum suntik atau alat laboratorium lain.
F Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari
donor yang menderita toksoplasmosis
F Tranfusi darah lengkap juga dapat mengakibatkan
infeksi.
C. Taksonomi klasifikasi
Adapun taksonomi dari Toxoplasma gondii
F Kingdom = Protista
F Subkingdom = Protozoa
F Phylum = Apicomplexa
F Class = Protozoasida
F Order = Eucoccidiorida
F Family = sarcocystidae
F Genus = Toxoplasma
F Species = gondii
|
||
D.
Morfologi
Toxoplasma gondii
Toxoplasma
gondii merupakan protozoa obligat intraseluler. Toxoplasma gondii terdapat
dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk poriferatif), kista (berisi bradizoit)
dan ookista (berisi sporozoit).Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan
ujung yang runcing dengan ujung yang lain agak membulat. bentuk ini berukuran
4-8 mikron, lebar 2-4 mikron, mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di
tengah dibagian tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti
mitokondria dan badan golgi. tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta
tidak berpigmen. bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes intermediet dan
hospes definitif. takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan
tubuh. takizoit dapat masuk ke setiap sel berinti pada tubuh hospesnya.
Kista dibentuk di dalam sel hospes apabila
takizoit yang membelah telah membentuk dinding. ukuran kista yang dibentuk bisa
berbeda-beda. ada kista yang berukuran kecil dan berukuran besar. kista dapat
berisi sekitar 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur
hidup terutama di otak, otot jantung dan otot lurik. Kista di bagian otak
berbentuk lonjong atau bulat, tetapi bentuk kista mengikuti bentuk sel otot.
kista merupakan stadium istirahat pada Toxoplasma gondii.Ookista
berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding,
berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2
mikron dan sebuah benda residu.
E.
Habitat Toksoplasma gondii hidup
didalam :
ü Sel endotil
ü Leukosit
mononukler
ü Cairan tubuh
ü Sel jaringan
hospes/tuan rumah
F.
Siklus Hidup Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii adalah
suatu spesies dari Coccidia yang
mirip dengan Isospora. Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur
aseksual dan daur seksual yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama
tinja. Ookista menhasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4
sporozoit. Bila ookista ditelan oleh mamalia lain atau burung (hospes
perantara), maka pada berbagai jaringan hospes perantara dibentuk kelompok
tropozoit yang membelah secara aktif yang disebut takzoit. Kemudian berubah
menjadi bradizoit yang merupakan masa infeksi klinis
menahun yang biasanya merupakan infeksi latent. Pada hospes perantara hanya
terdapat sebagai kista jaringan.
Bila kucing
sebagai hospes definitif memakan perantara hospes perantara yang terinfeksi,
maka terbentuk lagi stadium seksual dalam sel epitel usus kecilnya. Bila hospes
perantara mengandung kista jaringan Toxoplasama, maka masa prepatennya adalah
3-5 hari, sedang bila kucing makan tikus yang mengandung takizoit, masa
prepatennya bisa 5-10 hari. Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh kucing,
maka masa prepatennya adalah 20-24 hari.
Di berbagai
jaringan tubuh kucing juga ditemukan tropozoit dan kista jaringan. Pada manusia
takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Takizoit
berkembang biak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh dengan takizoit,
maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel- sel di sekitarnya atau
difagositosis oleh sel makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes
bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Kista jaringan ini dapat
ditemukan dalam hospes seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot kista mengikuti
bentuk sel.
Dalam lingkar hidupnya Toksoplasma
gondii mempunyai dua fase yaitu
1.
Fase Aseksual (skizogoni)
Pada fase ini
cara berkembang biaknya adalah membelah dua atau binnary fission.
2.
Fase Seksual (gametogoni dan sporogoni)
Hanya didapatkan
dari kucing sebagai tuan rumah definitif( efenitiv host).
G.
Penyebab
Penyakit Toxoplasmosis
Toxoplasmosis terkenal sebagai
salah satu penyakit yang harus diwaspadai pada ibu hamil. Toxo sering
dihubungkan dengan penyakit lainnya, seperti Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes. Semua penyakit tersebut sering disingkat menjadi TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes). Tetapi, toxo bukanlah penyakit yang disebabkan
oleh virus seperti ketiga temannya diatas. Toxoplasma atau Toxoplasma gondii
adalah sejenis hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa (jadi
bukanlah virus). Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang
disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Banyak orang beranggapan bahwa penyebab
utama penyakit toxoplasmosis adalah kucing. Sehingga banyak disarankan bagi ibu
hamil atau wanita yang ingin hamil untuk menghindari kucing. Padahal, rumor
tersebut tidak sepenuhnya benar.
Hampir
semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi toxoplasma. Hewan yang sering
berada disekitar manusia seperti sapi, kuda, tikus, domba, anjing, ayam,
burung, babi, dan lain-lain, juga dapat terinfeksi toxoplasma. Satwa liar
seperti musang, harimau, anjing hutan, dan lain-lainl, juga dapat terinfeksi
toxoplasma. Penelitian Toxoplasmosis di Indonesia pertama kali dilakukan oleh
Hartono pada tahun 1972 dan baru dilaporkan tahun 1988. Peneliti tersebut
berhasil mengisolasi kista Toxoplasma pada kambing dan domba yang dipotong di
rumah potong hewan Surabaya dan Malang. Penelitian lapangan yang dilakukan di
berbagai daerah menunjukkan prevalensi penyakit ini bervariasi dan cenderung
tinggi. Angka prevalensi penyakit pada kambing berkisar 24-61%, kucing 10-40%,
babi 28%, domba 43%, sapi 36%, kerbau 27%, ayam 20%, itik 6%, anjing 10%, dan
manusia 14-82%. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala keguguran pada wanita
hamil.
H.
Pencegahan
Penyakit Toxoplasmosis
Kucing
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena
kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan
sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini,
maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan
yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing
diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak
akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan
untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang
berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia
seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC
yang disiramkan pada tinja kucing
Anak balita
yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya
mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan
sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat
pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi
lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan
tersebut.
Kista
jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber
infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan
sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan
daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual
daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang
paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak
yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan
motorik.
BAB III
PENUTUP
A
Kesimpulan
Penyakit
toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka
sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa
memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat
kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa
antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii akan dapat diketahui
status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala
pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan
toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat
intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan
toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang
sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan
burung.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
makasih kunjungannya :)